Rabu Abu
5 Maret, Rabu

Makna dan Simbolisme
Hari Rabu Abu mengingatkan umat beriman akan rapuhnya kehidupan manusia dan perlunya pertobatan. Selama ibadah, para imam menaburkan tanda salib dari abu di dahi umat, disertai dengan kata-kata: “Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan kepada debu engkau akan kembali” atau “Bertobatlah dan percayalah pada Injil.” Abu biasanya diperoleh dengan membakar daun palma yang tersisa dari Minggu Palma tahun sebelumnya, yang melambangkan siklus hidup, pertobatan, dan kelahiran kembali.
Sejarah Perayaan
Tradisi Hari Rabu Abu berasal dari praktik pertobatan Kristen kuno. Pada abad ke-7, muncul kebiasaan menaburkan abu di kepala sebagai tanda pertobatan. Pada abad ke-11, Paus Urbanus II menetapkan Hari Rabu Abu sebagai hari resmi dimulainya Puasa Besar di Gereja Katolik. Saat ini, tradisi ini diterima di gereja-gereja Katolik, Anglikan, dan beberapa gereja Protestan, serta di beberapa gereja Ortodoks yang mengikuti kalender liturgi Barat.
Ritual dan Tradisi
Pengurapan dengan abu. Di banyak gereja, diadakan ibadah di mana tanda salib dari abu ditaburkan di dahi umat, sebagai simbol kerendahan hati dan usaha untuk penyucian rohani.
Puasa dan Pertobatan. Hari Rabu Abu adalah hari puasa ketat bagi umat Katolik dan banyak umat Protestan, di mana jumlah makanan dibatasi dan daging dihindari.
Ibadah di gereja. Dilakukan liturgi dan doa khusus, di mana umat beriman berdoa untuk pengampunan dosa dan pembaruan rohani.
Rabu Abu di tahun-tahun lainnya
- 2022 2 Maret, Rabu
- 2023 22 Februari, Rabu
- 2024 14 Februari, Rabu
- 2026 18 Februari, Rabu
Rabu Abu di negara lain
Tampilkan lebih banyak