Hari Rekonsiliasi
27 Mei, Selasa
Wilayah Ibu Kota Australia

Sejarah dan Latar Belakang
Hari Rekonsiliasi pertama kali dirayakan sebagai hari libur resmi di ACT pada tahun 2018. Ini menjadikannya wilayah pertama di Australia yang menetapkan hari libur publik khusus untuk rekonsiliasi. Hari ini jatuh pada hari Senin terakhir di bulan Mei, yang juga menandai awal dari Pekan Rekonsiliasi Nasional (National Reconciliation Week).
Pekan Rekonsiliasi Nasional sendiri dimulai pada tanggal 27 Mei dan berakhir pada 3 Juni. Tanggal-tanggal ini memiliki makna historis penting:
- 27 Mei: Tanggal referendum tahun 1967, di mana mayoritas warga Australia memilih untuk mengubah konstitusi agar masyarakat Aborigin dihitung dalam sensus nasional dan agar pemerintah federal dapat membuat undang-undang untuk mereka.
- 3 Juni: Tanggal keputusan Mahkamah Tinggi dalam kasus Mabo pada tahun 1992, yang mengakui hak hukum masyarakat Aborigin atas tanah mereka (native title), dan membatalkan doktrin terra nullius (tanah kosong) yang sebelumnya digunakan untuk membenarkan kolonisasi.
Tujuan dan Makna
Hari Rekonsiliasi bertujuan untuk:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sejarah dan budaya masyarakat Pribumi Australia.
- Mendorong dialog dan pemahaman antara komunitas Pribumi dan non-Pribumi.
- Mengakui ketidakadilan masa lalu dan mendukung proses penyembuhan dan keadilan sosial.
- Merayakan kontribusi masyarakat Pribumi terhadap budaya dan identitas nasional Australia.
Kegiatan yang Dilakukan
Selama Hari Rekonsiliasi, berbagai kegiatan diadakan di seluruh ACT, termasuk:
- Upacara adat dan penyambutan oleh tetua masyarakat Aborigin.
- Pertunjukan musik dan tari tradisional.
- Pameran seni dan budaya Pribumi.
- Diskusi publik, seminar, dan lokakarya tentang sejarah dan rekonsiliasi.
- Kegiatan pendidikan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan pemahaman generasi muda.
Hari Rekonsiliasi adalah momen penting dalam kalender Australia, khususnya di ACT, untuk mengenang masa lalu, merayakan budaya Pribumi, dan memperkuat komitmen terhadap masa depan yang inklusif dan adil. Meskipun saat ini hanya dirayakan sebagai hari libur resmi di ACT, semangat rekonsiliasi terus tumbuh di seluruh negeri, dengan harapan bahwa hubungan antara masyarakat Pribumi dan non-Pribumi akan terus membaik dan berkembang.