Higan
17 - 22 Maret, Senin – Sabtu
20 - 25 September, Sabtu – Kamis

Makna dan Filosofi Higan
Higan memiliki makna spiritual yang dalam dalam budaya Jepang, terutama dalam ajaran Buddha. Kata "Higan" berarti "pantai seberang," yang dalam Buddhisme melambangkan dunia pencerahan dan kebebasan dari penderitaan. Pada hari ini, masyarakat Jepang merenungkan kehidupan, menghormati leluhur, dan berusaha mencapai keseimbangan spiritual.
Waktu Perayaan
Higan dirayakan selama tujuh hari, yaitu tiga hari sebelum dan sesudah titik ekuinoks, dengan hari ekuinoks sebagai puncaknya.
Tradisi yang Dilakukan selama Higan
Beberapa tradisi yang biasa dilakukan selama Higan antara lain:
- Mengunjungi Makam Leluhur
Keluarga Jepang mengunjungi makam leluhur mereka, membersihkan batu nisan, menata bunga, dan mempersembahkan makanan serta dupa sebagai tanda penghormatan.
- Berdoa dan Bermeditasi
Banyak orang menggunakan waktu ini untuk berdoa, bermeditasi, dan merenungkan ajaran Buddha tentang kehidupan dan kematian.
- Menikmati Hidangan Tradisional
Salah satu makanan khas yang dinikmati selama Higan adalah "botamochi" (pada musim semi) dan "ohagi" (pada musim gugur), yaitu kue beras ketan yang dilapisi pasta kacang merah manis.
- Berbuat Kebaikan
Dalam semangat Higan, masyarakat dianjurkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama, sebagai bagian dari ajaran Buddhisme untuk mencapai kesempurnaan spiritual.
Higan bukan hanya sekadar hari libur, tetapi juga sebuah momen refleksi bagi masyarakat Jepang untuk mengenang leluhur, membersihkan hati, dan mencapai kedamaian spiritual. Dengan berlangsungnya tradisi ini setiap tahun, nilai-nilai budaya dan spiritual Jepang terus terjaga dari generasi ke generasi.