Hari Presiden
5 Juni, Kamis
Sejarah dan Latar Belakang
Hari Presiden pertama kali ditetapkan sebagai hari libur nasional setelah Teodoro Obiang menggulingkan pamannya, Francisco Macías Nguema, dalam kudeta militer pada 3 Agustus 1979. Meskipun kudeta tersebut terjadi pada bulan Agustus, perayaan Hari Presiden ditetapkan pada tanggal 5 Juni, yang merupakan hari ulang tahun Presiden Obiang. Sejak saat itu, tanggal ini dijadikan sebagai hari untuk merayakan kepemimpinan dan kontribusi Presiden terhadap negara.
Perayaan dan Tradisi
Hari Presiden dirayakan dengan berbagai kegiatan resmi dan budaya, antara lain:
- Upacara kenegaraan yang dihadiri oleh pejabat tinggi pemerintahan dan militer.
- Pidato Presiden yang disiarkan secara nasional, menyoroti pencapaian pemerintah dan rencana masa depan.
- Pertunjukan budaya seperti tarian tradisional, musik, dan parade.
- Kegiatan sosial dan komunitas, termasuk pembagian bantuan kepada masyarakat.
Kontroversi dan Pandangan Internasional
Meskipun Hari Presiden dirayakan secara resmi di Guinea Khatulistiwa, hari ini juga menjadi subjek kritik dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional. Pemerintahan Presiden Obiang telah lama dikritik karena dugaan pelanggaran HAM, korupsi, dan kurangnya kebebasan politik. Oleh karena itu, sebagian pihak melihat Hari Presiden bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga sebagai simbol dari pemerintahan otoriter yang panjang.
Hari Presiden di Guinea Khatulistiwa adalah hari libur nasional yang mencerminkan penghormatan terhadap pemimpin negara. Meskipun dirayakan dengan semarak di dalam negeri, hari ini juga memunculkan perdebatan di tingkat internasional mengenai makna sebenarnya dari perayaan tersebut. Bagi banyak warga, ini adalah hari untuk menunjukkan loyalitas kepada negara dan pemimpinnya, sementara bagi pengamat luar, ini adalah momen refleksi terhadap situasi politik dan hak asasi manusia di negara tersebut.