Hinamatsuri
3 Maret, Senin

Asal-Usul dan Makna Hinamatsuri
Hinamatsuri berakar dari tradisi kuno Jepang yang menggunakan boneka sebagai perantara untuk menangkal roh jahat. Dalam perkembangannya, festival ini menjadi ritual yang lebih berfokus pada harapan akan masa depan yang baik bagi anak perempuan.
Perayaan dan Tradisi
Pada Hinamatsuri, keluarga yang memiliki anak perempuan akan menghias rumah mereka dengan boneka hina (hina ningyo). Boneka-boneka ini biasanya disusun di atas panggung bertingkat yang disebut hina-dan, dengan susunan yang mencerminkan tatanan istana kekaisaran.
Beberapa tradisi khas Hinamatsuri meliputi:
- Pajangan Boneka Hina
Boneka ini menggambarkan kaisar, permaisuri, serta anggota kerajaan lainnya dan ditempatkan dalam urutan tertentu untuk melambangkan hirarki istana Jepang.
- Hidangan Khusus
Makanan yang biasa disajikan selama Hinamatsuri antara lain:
- Hina-arare (kue beras berwarna-warni)
- Chirashizushi (nasi campur dengan ikan dan sayuran)
- Hishimochi (kue beras berbentuk belah ketupat)
- Shirozake (minuman berbasis beras yang difermentasi)
- Doa untuk Keberuntungan Anak Perempuan
Orang tua biasanya mendoakan kebahagiaan dan kesehatan untuk anak perempuan mereka, serta berharap mereka mendapat kehidupan yang baik di masa depan.
Hinamatsuri adalah festival penuh makna yang mencerminkan kasih sayang orang tua terhadap anak-anak mereka. Selain sebagai perayaan, festival ini juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan tradisi Jepang yang telah berlangsung selama berabad-abad.